Dahulu rasanya sulit untuk saling memberi kabar. Menggunakan surat menyurat, dan telegram juga wesel untuk memberi kabar dan transfer uang. Lalu zaman berkembang memakai telepon. Karena telepon interlokal lumayan mahal belum lagi yang mempunyai teman dan keluarga yang tinggal di luar negeri. Wah, sudah pasti biayanya mahal.
Dahulu berkabar via telepon bagi yang mempunyai telepon rumah atau bisa juga telepon umum atau warung telekomunikasi. Kemudian memasuki era tahun 90an pertengahan ada pager. Memberi pesan dan sebagai pengingat. Lalu muncul ponsel. Bisa mudah menghubungi yang sesama mempunyai ponsel via telepon dan SMS dengan teks sampai 160 karakter.
Sedikit maju lagi berkembang media sosial yaitu bisa berinternet, chating dengan kawan lama maupun baru,, ada media sosial Friendster, dan aplikasi BBM bagi pengguna ponsel merk BlackBerry. Terbatas khusus memberi pesan dan video penguna BlackBerry. Di era serba canggih ini tidak adalagi batasan berbagi informasi alias bebas. Sekarang sudah tidak ada lagi alasan untuk tidak bisa bersilaturahmi dengan keluarga, teman semasa sekolah, teman sepermainan, dan teman komunitas.
Sekarang sudah ada media sosial seperti : Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp dan bisa video call, ada juga aplikasi telegram untuk berkirim pesan kapasitas besar. Jadi informasi dan komunikasi menjadi lebih mudah. Di suatu grup WhatsApp atau telegram tak jarang bisa ber-hahahihi ria dan saling mengingatkan kebaikan. Tak jarang juga ada konflik sosial.
Nah kalau sudah begini kenyamanan dalam suatu grup akan terganggu. Bagaimana etika bersilaturahmi di media sosial? Mari simak poin-poin berikut :
1. Santun
Sumber : pixabay |
Saling bertegur sapa yang santun. Walaupun dahulu sebelum ada media sosial pernah menjadi musuh atau saling menjelekkan ada baiknya beramah tamah dengan santun di media sosial. Atau kalau memang tidak mungkin membalas candaan yang sudah agak keterlaluan, khawatir akan seperti dahulu lagi, lebih baik balas sekedarnya saja. Atau balas candaan orang itu secara pribadi bukan di grup.
2. Konsisten
Perlu ada admin yang menjembatani suatu grup. Supaya grup konsisten dengan peraturan. Misalkan tidak ada unsur politik, menjelekkan SARA (suku, ras dan agama), menjelekkan fisik, hal yang berkaitan dengan pornografi, menyebar berita tidak benar. Terkadang mulut kita melalui tulisan di media sosial tak bisa dijaga. Maka tersindirlah salah satu anggota grup. Entah itu karena sensitif soal SARA ataupun ejekan fisik. Grup dibuat tentu untuk mengumpulkan dan merangkul anggota supaya kembali bersilaturahmi. Untuk kebaikan. Jadi harus konsisten baik admin maupun anggotanya mengikuti peraturan.
3. Diam
Jika memang tak mengerti masalah yang sedang terjadi di dalam, lebih baik diam menyimak. Itu lebih baik. Baca dari atas di media sosial misal jika belum kita hapus. Dimanakah titik masalah itu sebenarnya mulai mengobarkan api, pahami. Jika paham, baiknya secara pribadi memberitahu kepada admin. Untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Daripada penasaran lalu bertanya di grup yang sedang konflik, membuat semua orang digrup saling terbakar emosi.
4. Kroscek berita
Kadangkala di zaman serba cepat informasi, berita apapun cepat tersebar. Entah berita baik, maupun buruk. Hendaknya kroscek dahulu sebelum kita posting di grup. Bisa jadi kabar itu tidak benar, mungkin dahulu pernah seperti itu tetapi kini sudah tidak. Bisa jadi itu hanya rekayasa. Bisa jadi tema beritanya benar tetapi itu berita yang sudah lama.
5. Hormati privasi
Nah, kita semua punya privasi sendiri. Jangan menyebarkan foto orang tanpa sepengetahuan orang tersebut. Bisa jadi ia memposting di status WhatsApp atau Facebook ataupun Instagram hanya untuk orang tertentu dan terdekat saja, termasuk kita. Jangan sembarang kirim foto pribadi orang.
Tulisan seseorang yang telah ada titimangsa di copy paste dengan tertanda nama kita. Itu merugikan orang lain. Karena membuat tulisan itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu mencurahkan pikiran dan perhatian serta waktu yang lama hingga tulisan itu dibuat oleh si penulis. Oleh karena itu hormati privasi orang. Jika ingin copy paste silakan, tanpa mengedit dan tanpa menghapus siapa yang membuat tulisan itu.
Dengan menggunakan etika silaturahmi di media sosial ini, seenggaknya kita membantu mengurangi penyebaran berita tidak benar, mengurangi perpecahan dalam suatu grup dan lebih nyaman bersilaturahmi.
Komentar
Posting Komentar